Teriyaki-Menikah Instant

 

 

 

Ketika almarhum ayah saya meninggalkan Inggris untuk berkerja di Singapura. Beliau hanya membawa sebuah tas ransel biru dongker dengan label tulisan Kanji blok putih pada laci luarnya. Hal yang sama dilakukan  saya, Yamakabe, pria asli Jepang saat merantau ke Jakarta pada usia 17 tahun. Bedanya tipis. Saya membawa backpack kapasitas 1 liter karena juga berharap tidak akan tinggal lama di tempat itu, hanya ingin bekerja demi membayar utang keluarga. Berbekal pengalaman tentang game online, tekad saya adalah bekerja di bidang itu juga. Nasib baik. Saya dipercayakan mengelola game online sebuah keluarga  Indonesia yang terpandang selama hampir delapan tahun. Saat internet terlah merajai silahturahmi, mempertemukan orang-orang maka semakin pula pernikahan campuran. Maka di tahun 2006, karir saya mapan lalu menikah dengan wanita asli Indonesia, memiliki rumah dan mobil di sebuah kawasan menengah di ibukota.

Cerita ini dimulai  saat pernikahan saya hancur di tahun 2013. Mantan isteri saya tidak memaafkan saya atas perselingkuhan yang tidak pernah saya lakukan. Korbannya adalah kedua anak kembar saya, Teri dan Yaki yang terpisah saat ajuan perceraian diluluskan, dua hari setelah pemakaman saya. Teri hidup bersama ibu kandungnya, Yaki diadopsi oleh satu-satunya adik kandung saya, Tanaki. Permohonan visa Tanaki untuk menetap setahun di Jakarta ditolak oleh pihak Amerika, mengingat tuntutan profesi suaminya sebagai anggota CIA. Namun saya tidak pernah khawatir, karena dengan ditemani kedua orang tua, saya selalu memantau perkembangan Teri dan Yaki yang akhirnya terpisah benua, dari langit jingga ini.

Sebut saja saya, Kabe, yang akan berkisah keseruan metamorfosis Teri dan Yaki  bermetamorfosis hingga pada usia tertentu. Dikemas sederhana, sedikit misteri dalam nuansa kocak pula ada dalam kumpulan fiksi ini.  Seperti apa nantinya saat kedua kembar ini bertemu? Selamat membaca.

[pullquote align=center]

saat saya hendak menikah dengan ibunda si kembar

 

[/pullquote]

 

“Rina, mengapa kamu berhasil membawa anak durhaka ini pulang ke rumah?” teriak pak Sugeng.

Batin ibunda, nyonya Rina terluka. Dipandanginya Yanti yang hampir meledak. Rima, tante sulungnya Yanti segera pamit dengan dahi berkerut.

Suasana tegang dimulai,

Bahgawat Santi, adik ipar saya (adiknya Yanti), yang sedang bermain piano mematung lalu memutuskan masuk ke kamarnya.

“Ayah keterlaluan! Belum puas ayah selalu menekan saya?” tanya Yanti meninggi.

Sang ayah meraih pisau buah dari piringnya lalu bersegera menghunuskan, mengenai lengan kiri Yanti. Tak ada yang melerai, ayah masih mematung gemetar.

Yanti hanya rebah di samping meja makan sambal meringis. Saya yang baru tiba di depan pintu ruang tamu hanya menganga selebar bukaan pintunya.

Rina menghubungi ambulans sambil meraung. Tak lama adu mulut dimulai lagi, bahkan sampai pak Sugeng menunjuk-nunjuk saya dai kejauhan.

“Ayah tidak akan pernah merestui pernikahanmu dengan pria Jepang itu!”

Untung ambulans segera tiba.

Penanganan cedera tangan Yanti sudah selesai namun tetap diputuskan kalau dia harus opname, karena kondisi yang belum stabil.

Kadar hemaglobinnya menurun drastis.

Pukul 22.00 WIB, pak Sugeng memanggil saya dari koridor ruang rawat inap.

“Kabe, dengarkan saya baik-baik. Kondisi Yanti sedang drop.”

“Dia mengalami depresi berat dan mempengaruhi kondisi fisik bahkan albuminnya juga jauh di bawah standar normal.” Jelas pak Sugeng, yang sangat memahami ini, mengingat beliau adalah dokter.

“Besok pagi jam 6, tolong kamu kembali ke rumah sakit dengan jas,yang saat ini sedang diantarkan sopir saya ke apartemenmu.”

pinta pak Sugeng lembut.

“Buat apa jas itu pak?” tanya saya heran.

Bu Rina tampak datang dari kejauhan dengan senyum kecil.

“Pak, pastornya bersedia datang besok, namun hanya kita saja yang komuni, Kabe kan non katolik.” ujar nyonya Rina.

“Saya belum paham pak, bu.”

“Kabe, besok kamu dan Yanti akan kami nikahkan disini!” tegas pak Sugeng, ayahanda Yanti.

“Kami sangat merestui,nak..”tambah ibunda Yanti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

Scroll to top