Desi

Ruang kota kian sesak tanpa penjunjung emansipasi kebebasan warga. Jam 7.55 malam Desi tiba di diskotik,  tempatnya melakukan profesi lainnya.

Ya, penari klub.

Surga bagi para penggila pesta, dan lahan terbaik bagi pengais rejeki jaman ini termasuk dia.

Hmmm, bukan hanya penari biasa, Desi adalah stripper senior. Kemampuannya bukanlah menjual diri namun ‘menghibur’.

Terutama di musim penghujan, orderan membuncah.

Tepat jam 20.00 , ibu menelepon.

“Assalamualaikum, bu.”

“Walaikumsalam ndu, iki ibu nunut ponsel e Didit.”

“Mahasiswa KKN kene. Ndu, kok berisik tenan, iseh neng kantor po?” ibu masih mencecar pertanyaan.

“Bu, Devi masih di Kantor..” jawab Devi sambil mencari tempat yang jauh dari kebisingan.”

“Lha kok peng pindo lebaran ra bali, kerjaane akeh ndu?” Ibu mulai bertanya lagi.

Kerjaanmu opo to nak?”

Satu-satunya the worst question yang dibenci Desi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

Scroll to top