Nilam-Empat

Ada wangi ilalang terpanggang,
Di bentaran tanah lapang.. 
   Tiga tahun berlalu penggusuran, yang katanya untuk direnovasi turap beton.
Diantara dua toples biskuit sederhana, hasil Nilam memulung pagi ini..

Ya, memulung di tempat tinggal sendiri.
     Nilam, Tilla, Rami, Marni merayakan ulang tahun Nilam yang ke sepuluh. 
     Masih tanpa bapak..
     Yang katanya bebas, 3 tahun lagi

Gelang sedari bayi yang terus melingkar di tangan kiri Nilam, sudah sesak
Namun, enggan dilepasnya.

Ini peninggalan bunda!!

Tengah malam bunyi kentungan nyaring sekali. Ada maling di di rumah bu Narni, ‘Orang kaya baru’.                    Bulan lalu Narni baru seminggumenemukan sekotak mas jatuh di parkiran toko buku tempat beliau jualan pecel.
Tak lama suara tangis Juli, sahabat Nilam terdengar mendekati pintu gubuk Nilam.
Paman melototin Nilam tanda jangan keluar gubuk dan tutup kembali pintunya.
Samar-samar suara tangis Juli agak menghilang, Seiring nama ayah ibunda Juli di balik tangisnya.
“ayah ibuku jangan digebukin, tolong !!! “

Nilam tak bisa terlelap sampai subuh menjemput.
Perlahan dibuka satu-satunya pintu lemari using lalu mulai menyeduk empat sendok nasi.
Lalu cepat-cepat menyiapkan tempe goreng dengan agak gemetaran.
Semalam dia bermimpi tentang sosok mistis itu lagi, akhirnya dari subuh Nilam sudah memulung.
Tak lama suara tangis Juli, sahabat Nilam terdengar mendekati pintu gubuk Nilam.
Paman melototin Nilam tanda jangan keluar gubuk dan tutup kembali pintunya.
Samar-samar suara tangis Juli agak menghilang, Seiring nama ayah ibunda Juli di balik tangisnya.
“ayah ibuku jangan digebukin, tolong !!!“
Nilam tak bisa terlelap sampai subuh menjemput.
Perlahan dibuka satu-satunya pintu lemari using lalu mulai menyeduk empat sendok nasi. Lalu cepat-cepat
menyiapkan tempe goreng dengan agak gemetaran. 
Semalam dia bermimpi tentang sosok mistis itu lagi, akhirnya dari subuh Nilam sudah memulung. 

Tengah malam bunyi kentungan nyaring sekali. Ada maling di di rumah bu Narni, ‘Orang kaya baru’.
Bulan lalu Narni baru seminggumenemukan sekotak mas jatuh di parkiran toko buku tempat beliau jualan pecel.
Tak lama suara tangis Juli, sahabat Nilam terdengar mendekati pintu gubuk Nilam.
Paman melototin Nilam tanda jangan keluar gubuk dan tutup kembali pintunya.
Samar-samar suara tangis Juli agak menghilang, Seiring nama ayah ibunda Juli di balik tangisnya.
“ayah ibuku jangan digebukin, tolong !!! “

Nilam tak bisa terlelap sampai subuh menjemput.
Perlahan dibuka satu-satunya pintu lemari using lalu mulai menyeduk empat sendok nasi.
Lalu cepat-cepat menyiapkan tempe goreng dengan agak gemetaran.
Semalam dia bermimpi tentang sosok mistis itu lagi, akhirnya dari subuh Nilam sudah memulung. 
Pagi ini Nilam mendapat hamper 4 kg besi tua di sekitar pasar ikan.
Nilam beristirahat sambal melamun di depan Museum Bahari.
“Demo aja, Lawan Pemerintah." usul Tilla dengan kening berkerut dan mata melotot. 
“Ah, ini aja Selamatkan Rumah Kami dari Penggusuran Gubernur!,lha tapi nanti singkatannya panjang.“ujar Aji.
“Kami tidak butuh turap beton!” sahut Remi sambal berlari ke arah botol minuman soda
yang baru terbang dari jendela angkot.
“Eh tapi turap beton itu apa? Aku sih tadi cuman dengar pak Usman dan pak RT bilang itu.”timpalnya lagi
sambal ngos-ngosan. 
Nilam dan teman-teman mengangkat bahu bersamaan.
“Ya udah ini aja, Jangan Gusur Kami, JGK..“ Nilam ikut memberi usul.
Akhirnya demo ala anak-anak seumuranSD tingkat kelas satu dan dua dimulai, di kalangan mereka sendiri.
Sepotong  karton using dicorat-coret dengan slogan “JGK”, bahkan dicantumkan tanda tangan mereka. 

Marni pun tak mau kalah. Jempolnya dimasukkan ke mulut, dan jadilah cap jempol pada keempat buah spanduk demo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

Scroll to top