Okta sedikit kecewa ketika lagu berakhir.
Padma melepaskan genggamannya begitu saja dan mimpi indah seakan berakhir. Pesta ulang tahun ke 17nya Cahaya, teman satu sekolah Okta dan Padma yang dikemas begitu 'wah', menjadi tak bercahaya lagi barusan.
Padma berbisik lembut.. “Okta, besok ketemu sore di depan toko elektronik koh Gin ya. Okta hanya mengangguk pelan. Ada banyak gebetan Okta sejak SMP (waktu masih sekolah di Yogya) lalu SMA (pindah ke Jakarta), bahkan sampai tahun lalu Okta sempat menggagumi Lena si Meow. Dijuluki si Meow karena doi adalah penggagas klub pencinta kucing di SMA mereka,SMA Traccs. Pencinta spesies Burmila dan Egyptian malam ini sangat senang berbusana casual saat jam ekstrakurikuler di sekolah. Entah mengapa Niel sangat menikmati padanan dusty pinknya Lena. Lalu, blus-blus layer yang dimixmatchkan feminis oleh Lena, membuat Okta sangat menikmatinya. Bahkan memotretnya diam-diam secara obstacle dan blur ala-ala foto makro. Secara tak langsung, Lena menjadi model 'capung' Okta. Seandainya Lena tahu. ughh!
Namun tetap saja Padma menjadi sangat berarti bagi Okta. Ada pesona dalam gadis ini, yang membuat nama-nama gadis lain terhapus dari ingatan Okta Hari masih pagi, ketika Okta berjalan keluar rumah sembari merapikan deretan kancing baju, dan merasa megah dengan sepatu pantofel hitam miliknya, hadiah ulangtahun patungan kakak-kakaknya. Sempat dia kembali ke rumah, mencium kening dan tangan ibunya sebagai tanda pamit. Dari jalanan kompleks perumahan yang sepi, suasana langsung berganti dengan ramainya pertempuran di jalan raya. Mata Okta berusaha menangkap kehadiran bus dodge jurusan Grogol., namun belum ada kemunculannya. Tak sengaja matanya tertumbuk ke sudut jalan. Seorang pemuda seumuran berkaos swan angsa dengan celana pendek tengah mendendangkan lagu Hey Judenya The Beatles. Okta sedikit iri dengan kebebasan diri si pemuda itu untuk berekspresi. Pikiran Okta melayang pada peristiwa beberapa waktu lalu saat ia membawa pulang surat pernyataan lulus di jurusan ekonomi sekaligus, jurusan seni rupa Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ). Betapa senangnya Okta saat membayangkan ia bisa menjadi art director sebuah produksi film, namun papanya meremukkan mimpi itu. Beliau meletakkan surat penerimaan dari LPKJ di meja tamu dan menatap tajam putra bungsunya.“Kalau kamu jadi seniman, seberapa cepat keuanganmu akan stabil dan kontinyu?”. Baiklah pa, Okta kuliah di Ekonomi Trisakti aja ...